Keprihatinan seorang bocah..

Senin, 30 Mei 2011

Orang Tua Siswa Laporkan Kecurangan UN Tingkat SD
Tribun Jakarta - Sabtu, 28 Mei 2011 15:23 WIB
TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA
- Merasa anaknya mendapat tekanan psikis akibat praktek kecurangan dalam UN, orang tua murid siswa SDN 06 Petang, Pesanggrahan Jakarta Selatan, mengadukan kasus tersebut ke Komnas Perlindungan Anak, Sabtu (28/5/2011).
Pengaduan tersebut dilakukan oleh Irma Lubis dan Muhammad Aswari selaku orang tua murid MAP, siswa SDN 06 Petang Pesanggrahan. Irma menceritakan sebelum UN para murid dikumpulkan untuk membuat kesepakatan dimana isi kesepakatan tersebut tidak boleh dibocorkan kepada siapapun termasuk orang tua. Dikatakannya, rahasia tersebut harus dijaga selamanya dan tidak boleh bocor.
"Isi kesepakatan tersebut guru-guru akan memberikan sms jawaban kepada murid-murid yang masuk dalam 10 besar. Ada juga dalam bentuk kertas yang harus disebar ke murid-murid lainnya. Kemudian dari murid-murid tersebut harus disebar ke murid-murid lain yang rankingnya dibawah. Ini juga dibagi perkelompok," ujar Irma, Sabtu (28/5/2011) di kantor Komnas Perlindungan Anak, Jakarta Timur.
Menurutnya pada hari pertama UN anaknya begitu tertekan karena tidak mau melakukan pemufakatan yang berbau kecurangan tersebut. Dijelaskannya, anaknya tidak mau menyebar kertas berisi jawaban UN tersebut. Saat itulah gurunya mengingatkan agar melaksanakan kesepakatan yang telah dibuat. "Pengawas hanya diam saja saat pelaksanaan ujian. Bila murid-murid ribut, hanya berkata boleh nyontek asal jangan ribut," imbuhnya.

Ckckck, sangat memprihatinkan. Anak SD  sudah diajarkan untuk melakukan suatu kebohongan seperti itu. Apa yang ada di pikiran guru-gurunya ya ? Heran saya. Apa yang dikejar coba ? Kelulusan 100% ? Gak mau ada yang gak lulus biar gak malu ? Parah..
Dari kecil diajarin seperti itu, bayangin coba besarnya jadi kayak gimana ? Hancurlah bangsa Indonesia. Gimana mau membangun bangsa yang baik kalau generasi penerus bangsanya saja diajarin hal yang salah. Bibit-bibit koruptor bakal tumbuh subur. Untuk mencapai tujuan pribadi segala cara dihalalkan.
Artikel tadi menunjukkan bagaimana untuk mencapai tujuan pribadi segala cara seperti dihalalkan, bahkan sampai  member “ajaran” yang salah oleh guru kepada muridnya.
Bukan Cuma di SD, tapi di jenjang SMP dan SMA juga ada. Jadi ingat dulu waktu saya SMP, hehe, masih kerasa ganjil jika ingat peristiwa itu.
Pagi sekali kami datang ke sekolah, kira-kira sejam sebelum ujian dimulai kami sudah masuk ke ruangan masing-masing. Tujuannya bagus, untuk melakukan pengisian nama,nomor, dll sekaligus menghitamkan. Tetapi tetap saja ada udang di balik batu. Yah begitulah, tetap saja ada kecurangan. Bukannya saya sok suci, tapi saya tidak ikut serta dalam kecurangan itu. Ngapain  coba, saya sudah belajar tiga tahun, kok sekarang malah ditentuin dengan kunci jawaban yang dikasih, bukan dengan hasil pikiran saya sendiri.
Hasilnya.. Salah seorang teman dengan kemampuan  jauh di bawah saya (saya bukan sombong, tapi itu kenyataan) bisa dapat nilai matematika yang sama dengan saya ! Yakni sembilan. Apa itu adil ?
Dia dengan nilai bahasa Indonesia 6, bahasa Inggris 6, dan Matematika 9. Wow ! Ada yang melihat keganjalan disini ? :D
Bukan berorientasi pada nilai, tapi mencapai nilai yang tinggi juga bisa menjadi suatu pemicu untuk lebih semangat belajar. Belajar tekun dikalahkan dengan ‘seonggok’ kunci jawaban.
Hahaha, lucunya negeri ini. :D
Tidak berhenti waktu SMP (oia, SMP saya di pelosok paling timur Indonesia), SMA pun iya.  Bahkan di kota yang dibilang kota pendidikan. Apa mereka bilang ? Server-an ya ? Bener gak ?
 Mereka bilang proses tiga tahun di tentukan dalam lima hari. Sebuah pandangan yang salah saya pikir. Selama tiga tahun (atau mungkin ada yang lebih), kita belajar di sekolah. Akademis dan Non Akademis. Bukan hanya disekolah, di rumah juga, di tempat main juga, di tempat nongkrong, dll. Proses demi proses kita jalani untuk membentuk pribadi kita masing-masing. UN adalah salah satu dari proses itu, bukanlah suatu “hakim” akan hidup seseorang. Banyak siswa yang frustasi akibat tidak lulus UN, bahkan ada yang bunuh diri. Ketidaksiapan siswa dan lembaga pendidikan sangat terlihat dari peristiwa itu.
Banyak juga yang menggunakan server tadi agar bisa lulus. Lha terus kalau gitu selama tiga tahun itu kamu ngapain ? Kok malah mengandalkan orang lain yang “ngisi” lembar jawabmu ? Itu sama saja tidak menghargai orang tua yang sudah biayai sekolahmu. Itu sama saja tidak hargai gurumu yang sudah mau membagi ilmunya buat kamu.
Apa cuma gara-gara gak mau gagal ? Inilah hidup, kadang di atas kadang di bawah. Masa mau di atas terus ? Kita juga harus siap ketika ada di bawah. Gagal sesuatu yang tabu. Thomas Alfa Edison menemukan lampu pijar saja itu setelah melakuan seribu kali percobaan. Bayangin dengan sabarnya dia mengganti bahan filamen (bener gak namanya ? hehe) yang ada di lampu setiap kali gagal, sampai seribu kali lebih. Kalau pada saat itu dia nyerah gimana coba ? Kalau malam pasti kita masih memakai lilin dan lampu petromaks. Tapi karena kegigihannya maka bisa ditemukan lampu.  
Sikap itu yang harus dibangun pada diri kita masing-masing. Jangan takut gagal. Kalau udah takut, mesti nanti menghalalkan segala cara buat berhasil. Kalau menghalalkan segala cara, pasti ada yang dirugikan. Orang tuamu, temanmu, orang-orang disekitarmu, bahkan negaramu. Tapi yang paling dirugikan ya dirimu sendiri. Karena pasti kamu bakal terus terjerumus ke dalam sikapmu yang takut kegagalan itu.
Kembali ke masalah sekolah dan kecurangan-kecurangan yang dilakukan siswa, kenapa harus mengandalkan server-an. Apa proses selama tiga tahun kurang ? Ya udah nambah aja jadi empat tahun, hehe, bukan  bukan. Maksudnya manfaatin apa yang kamu dapat sekarang, kamu masih bisa sekolah apalagi sampai jenjang SMA dan perguruan tinggi. Coba lihat anak-anak yang ada di pedalaman. Pernah nonton Denias dan Laskar Pelangi ? Itu Cuma sebagian kecil. Di luar sana masih banyak lagi yang lebih parah. Kalau sekolah harus menyebrang sungai yang tidak ada jembatan, naik gunung dulu jalan kaki lagi, ckck. Kita harus bersyukur, kita masih diberi kesempatan sekolah dengan cara yang “wajar”. Maka dari itu berproseslah, raihlah sukses J
Ini hanya sekedar tulisan yang saya buat karena keprihatinan saya dengan kondisi di negeri ini yang makin kacau balau. Korupsi, perebutan kekuasaan, sampai rakyat kecil gak dilihat. Yang bisa merubah kondisi ini ya kita para generasi muda. Tapi kalau mental dan sikap kita aja udah salah, gimana mau merubah ? Malah nanti buat tambah parah. Ayo kita buat Indonesia Berjaya lagi, jangan mikir masa depan sendiri tapi masa depan bersama  :D

0 komentar: